Sunday 30 January 2011

Kopi Dan Teh Dapat Mencegah Kangker Otak

KABAR gembira bagi Anda penggemar minuman kopi ataupun teh. Ternyata, mengonsumsi dua jenis minuman ini setiap hari mampu mengurangi risiko kanker otak.

Penemuan tersebut berdasarkan sebuah data mengenai kebiasaan 410.000 pria dan wanita berusia 25-70 tahun berasal dari Prancis, Italia, Spanyol, Denmark, Norwegia, Swedia, Jerman, Yunani, Inggris, dan Belanda. Para partisipan telah diteliti selama 8,5 tahun atau sejak 1991-2000.

Hasilnya, seperti dikutip Geniusbeauty, Minggu (30/1/2011), ditemukan fakta bahwa minuman kopi ataupun teH mampu melawan kanker otak, terutama penyakit dalam bentuk glioma, tipe kanker yang menyerang sistem saraf pusat.

Ditambahkan para peneliti, dengan mengonsumsi 100 ml kopi dan teh setiap hari, maka risiko menderita penyakit glioma akan menurun 34 persen. Demikian menurut studi yang telah dipublikasikan pada American Journal of Clinical.

Akhir dari “Status Quo” Timur Tengah

DIAM-DIAM, dunia Barat menikmati status quo di negara-negara yang dipimpin tiran atau diktator selama kepentingan mereka dilayani dan diuntungkan. Pelanggaran hak asasi manusia dan prinsip-prinsip demokrasi—yang selalu mereka tentang—dibiarkan terjadi di negara-negara itu.

Di permukaan, negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat, terus menyerukan penegakan hak asasi manusia, kebebasan berekspresi, dan demokrasi. Namun, saat kesadaran akan hak-hak tersebut benar-benar bergaung di negara sestrategis Mesir, AS dan sekutunya dihadapkan pada dilema.

Demonstrasi menentang rezim Presiden Hosni Mubarak, yang dianggap otoriter, telah memasuki hari keenam. Lebih dari 100 orang tewas dalam bentrokan antara petugas keamanan dan demonstran di seluruh Mesir.

AS harus membuat pilihan sulit, mendukung perjuangan demokrasi demonstran atau membela sekutu kuncinya selama 30 tahun. Beberapa hari terakhir, Presiden AS Barack Obama telah mengeluarkan pernyataan keras yang mendesak Mubarak segera melakukan reformasi politik dan ekonomi serta menghentikan kekerasan terhadap demonstran.

Namun, AS juga terlihat hati-hati menentukan sikap terhadap Mubarak. Sebab, setiap indikasi meninggalkan Mubarak akan menimbulkan risiko yang tidak kecil bagi AS dan sekutu-sekutunya di Eropa.

Mesir adalah sekutu AS paling penting di Timur Tengah. Di bawah Presiden Anwar Sadat, Mesir adalah negara Arab pertama yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada 1979 di Camp David, AS.

Bagi Israel, perjanjian damai dengan Mesir itu sangat besar artinya. Di satu sisi Israel tak perlu lagi risau akan risiko perang dengan Mesir, seperti pada 1948, 1956, 1967, dan 1973.

Di sisi lain, Mesir juga menjadi satu-satunya jembatan bagi Israel untuk berdialog dengan dunia Arab dan berperan besar dalam membatasi ruang gerak kelompok garis keras Hamas di Jalur Gaza.

Itu sebabnya, dalam pernyataan publik pertama sejak krisis Mesir pekan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Minggu (30/1), menekankan pentingnya menjaga perdamaian dengan Mesir dan bagaimana mengembalikan stabilitas dan keamanan di kawasan itu.

”Mimpi terburuk geopolitik bagi Israel adalah ada negara Arab berpenduduk terbesar dalam kondisi instabilitas politik berada tepat di depan pintu. Ini mengubah seluruh perimbangan kekuatan di Timur Tengah,” tuturnya.

Kemungkinan lengsernya Mubarak juga membuka peluang bangkitnya kelompok anti-Israel, seperti Ikhwanul Muslimin (Muslim Brotherhood). Lembaga pengamat intelijen Stratfor Global Intelligence bahkan mengeluarkan Tanda Bahaya Merah, Sabtu, untuk mengingatkan saat ini banyak anggota Hamas (salah satu cabang Ikhwanul Muslimin) masuk ke Mesir dari Gaza untuk memperkuat demonstrasi anti-Mubarak.

Kemungkinan Mesir dikuasai rezim anti-Barat juga membuka risiko lebih mengerikan, yakni ditutupnya Terusan Suez, urat nadi perekonomian dunia yang menghubungkan Eropa-Asia.

Menlu Inggris William Hague mengatakan, siapa yang akan memerintah Mesir tak ditentukan oleh masyarakat di luar Mesir. Namun, ia menegaskan, ”Tentu saja kami tak ingin ada pemerintahan yang berbasis pada Muslim Brotherhood.”

Namun, membela mati-matian Mubarak untuk bertahan pun berisiko besar. Selain membuktikan kemunafikan retorika Barat tentang HAM dan demokrasi, mereka juga akan ditentang Mesir dan dunia Arab.

”AS dan Eropa hanya bisa menunggu perkembangan situasi dan berusaha untuk tak terlalu memusuhi siapa pun yang akan keluar sebagai pemenang (di Mesir),” ungkap Nigel Inkster, mantan Wakil Kepala Dinas Intelijen MI6 Inggris, yang menjadi pengamat di International Institute for Strategic Studies, London.

Dengan demonstrasi menuntut mundurnya penguasa juga terjadi di Yaman dan Jordania, terancamnya posisi Presiden Palestina Mahmoud Abbas pasca-kebocoran Dokumen Palestina di Al-Jazeera, terbentuknya pemerintahan baru yang diduga pro-Hezbollah di Lebanon, dan kebuntuan perundingan soal nuklir dengan Iran, kiranya status quo sudah berakhir di Timur Tengah.

sumber :

Crop Circle di Magelang Santri Ponpes Sempat Lihat Ada Pusaran Angin Kencang

Penyelidikan Crop Circle di Magelang

Polisi telah memasang garis polisi di sekitar
crop circle di pesawah di Tegalrejo, Magelang. Polisi juga telah
menurunkan tim dari Polres Magelang untuk meneliti crop circle
yang mirip seperti di Sleman.
"Tim dari Polres Magelang sebanyak 7 orang telah melakukan
penelitian terhadap 5 lubang crop circle," kata Kapolsek Tegalrejo
AKP I Wayan Sugiarta di lokasi, Minggu (30/1/2011).
Mirip seperti di Sleman, kondisi crop circle itu, ada padi yang rebah
dan juga terbentuk 5 lubang. Paling besar adalah lubang di tengah
yang besarnya 2,5 meter, sedang lubang lain yang mengapitnya
berdiameter 1,5 meter.
Lokasi crop circle itu persis berada di depan pesantren Hidayatul
Muhtadiin, hanya berjarak 100 meter. Lokasi crop circle itu
ditemukan sekitar pukul 07.00 WIB oleh Muhaimin seorang santri
ponpes. Sebelumnya pada Sabtu (29/1) pukul 20.00 WIB, rekan
Muhaimin Irvan mengaku melihat angin besar muncul di
pesawahan.
"Kemungkikan Labfor Polda Jateng juga akan melakukan
penelitian," tambahnya.

BISNIS MENARIK TAHUN 2011

make cash
javascript:void(0)